Oleh : C. Richard Mandalora
Bangunan adalah suatu hasil karya manusia yang dibangun dari berbagai bahan keras dan membentuk suatu wujud fisik, ditujukan dalam memenuhi kebutuhannya untuk melakukan berbagai aktifitas yang ada serta tempat berlindung, beristirahat bagi pembuiatnya. Berbagai jenis aktifitas serta tingkat besarnya akan mempengaruhi jenis, model dan ukuran dari wujud fisik bangunan yang dibuat. Maka timbulah berbagai kriteria pembagian bangunan menurut berbagai aspek pengamatan.
Menurut jenis strukturnya maka bangunan dapat dibagi menjadi :
1. Non-struktural : Adalah bangunan yang didirikan dimana kekuatan strukturnya tidak dihitung atau dipersiapkan, namun ditentukan hanya berdasarkan bagian yang dianggap pelengkap/tambahan saja.
2. Struktural : Adalah bangunan yang didirikan dengan memperhitungkan struktur dan mempersiapkannya dengan matang.
Sedangkan dengan melihat berdasarkan fungsi pemakaian yang ada, maka bangunan secara umum dapat dibagi kedalam :
1. Bangunan ibadah.
2. Bangunan hunian.
3. Bangunan Perkantoran.
4. Bangunan Industri.
5. Bangunan Kesehatan.
6. Bangunan sekolah.
7. Bangunan konstruksi laut.
8. Bangunan perhubungan.
9. Bangunan fungsi olahraga.
10. Bangunan Pemerintahan
11. Bangunan militer, dll.
Untuk jenis bangunan sekolah terdapat adanya ciri umum yang dibutuhkan dalam konsep rancangannya, hal ini dianalisa berdasarkan studi serta kebutuhan dalam aktifitas belajar.
Contoh analisa berdasarkan Fungsi tentang rancangan bangunan Sekolah :
Berdasarkan kriteria fungsi dari aktifitas pengguna, terdapat beberapa persyaratan pokok dalam membuat suatu rancangannya, misalnya:
1. Terdapat ruang2 kelas dengan kapasitas yang telah ditentukan dalam menampung murid.
2. Terdapat fasilitas laboratorium, kelas pendukung lainnya seperti : R.seni, TU, kantor management pengelola, aula dan perpustakaan.
3. Terdapat sarana2 olahraga.
4. Terdapat suatu kantin dengan kapasitas tertentu.
5. Terdapat ruang service, ruang tunggu orang-tua.
6. Sarana sosial, sarana umum.
Sedangkan kebutuhan dari suatu rancangan bangunan Kantor : Berdasarkan kriteria fungsi aktifitas dari pengguna, terdapat beberapa persyaratan pokok dalam membuat suatu rancangannya, misalnya:
1. Terdapat ruang2 untuk para staf, manager, maupun direktur.
2. Terdapat ruang meeting dengan kapasitas tertentu.
3. Terdapat ruang IT dengan kapasitas tertentu.
4. Terdapat R. Tunggu untuk tamu.
5. Ruang service.
6. Lobby, security. Dll
Dengan melihat 2 contoh dari jenis fungsinya saja telah terdapat banyak perbedaan untuk menyebutkan beberapa kriteria umum dalam suatu pererencanaan awal suatu bangunan. Perencana bangunan baik bidang Arsitektur Maupun Instalasi M&E harus memiliki suatu pemahaman aktifitas dari penggunaan bangunan nantinya, sehingga akan lebih mudah melakukan detil rancangan.
Dalam perjalanan suatu bangunan mulai perencanaan hingga masa manfaat, terdapat adanya suatu siklus hidup dari bangunan umum yang tahapannya dapat disebutkan & digambarkan sebagai berikut:
• Tahapan Perencanaan : Saat mula2 dilakukannya suatu desain, yang meliputi desain Arsitektur, Struktur, Plumbing dan juga Elektrikal.
• Tahapan Pelaksanaan : Suatu tahapan dimana dilakukannya pelaksanaan pembangunan oleh kontraktor.
• Tahapan Serah terima/pra pemakaian : Adalah suatu tahap dimana pemilik telah mengambil alih fisik bangunan dan melkukan persiapan dalam pemakainnya.
• Tahapan Pemakaian : Adalah suatu tahapan dimana pemilik sudah melakukan aktifitas dalam bangunan.
• Tahapan Pemeliharaan : Tahapan dimana bangunan tersebut harus dilakukan adanya usaha2 pemeliharaan untuk merawat dan memperpanjang usia pakainya.
Untuk tahapan Pemakaian dan Pemeliharaan waktu operasional yang digambarkan didiagaram diatas adalah bersamaan, oleh karena itu perlu dilakukan suatu koordinasi yang baik dalam pelaksanaannya agar tidak terjadi tumpang tindih koordinasi pekerjaan.
Bertambahnya usia bangunan akan mengakibatkan penurunan kualitas dan kemampuannya beserta segala sistim yang ada didalamnya. Bila tidak dilakukan suatu perawatan yang teratur maka kerusakan bangunan serta sistimnya akan terjadi dengan segera, yang dapat menimbulkan efek kesulitan serta hambatan dalam operasionalnya serta kerugian yang diakibatkannya sangat besar.
Usaha Optimalisasi Fungsi Bangunan
Pengertian umum dari usaha optimalisasi adalah suatu upaya yang dilakukan pihak tertentu, untuk mendapatkan suatu hasil yang sebesar2nya, dalam usaha optimalisasi terhadap fungsi bangunan dapat dijelaskan sebagai :
“Usaha2 yang dilakukan terhadap bangunan untuk mendapatkan hasil balik yaitu fungsi penggunaan bangunan yang besar”. Semakin besar & baik usaha yang dilakukan maka akan semakin optimal hasil yang diambil yaitu berupa fungsi pemakain bangunan tersebut.
Terdapat beberapa langkah usaha untuk mengoptimalisasi fungsi bangunan, yaitu:
1. Managemen pemakaian bangunan.
Yaitu langkah-langkah pengaturan dalam pengelolaan, penjadwalan pemakaian dan pengaturan ruang yang baik, akan mendapatkan fungsi pemakaian yang optimal.
2. Perencanaan awal yang baik.
Harus diketahui sejak awal untuk aktifitas apa dan oleh siapa bangunan nantinya akan dipakai, karena informasi ini harus distudi dan diterjemahkan kedalam perencanaan awal.
3. Pemeliharaan/Perawatan yang baik dan teratur.
Tindakan ini yang sangat perlu sekali dilakukan karena pemeliharaan bangunan dapat memberikan manfaat:
• Memperpanjang usia bangunan.
• Menjadikan bangunan selalu siap pakai.
• Memperindah tampak bangunan.
• Memberikan dampak psikologis kepada pemakai & pengamat bangunan itu sendiri.
• Mempersiapkan bangunan dalam suatu keadaan darurat bencana.
• Mendukung adanya pertumbuhan aktifitas yang ada didalamnya.
Untuk selanjutnya bidang pemeliharaan bangunan serta ruang lingkupnya adalah suatu bahasan yang praktis akan dibicarakan dalam konteks ini serta topik2 selanjutnya.
Pemiliharaan Sistim Bangunan/Gedung
Dalam suatu bangunan gedung terdapat berbagai sistim peralatan yang didisain dan diadakan menurut ukuran perencanaan besarnya fungsi, kegiatan, kompleksitas dari bangunan nantinya. Sistim tersebut akan menjadi suatu peralatan penunjang operasional dari gedung tersebut, hal tersebut secara skematik bisa digambarkan sbb:
Maka dengan kita mengetahui dan mengerti sistim apa saja yang ada digedung, kita dapatl menyusun kriteria dan prosedur tentang langkah2 melakukan pemeliharaannya. Untuk suatu bangunan gedung umum terdapat beberapa langkah pemeliharaan yang harus diperhatikan saat kita akan menetapkan suatu kebijakan pengelolaan gedung:
1. Kenali keseluruhan bangunan secara fisik melalui studi visual keseluruh bangunan. Tahapan awal ini dilakukan dengan tujuan agar kita harus benar2 mengenal kondisi yang ada saat ini, serta berbagai resiko yang harus diperhitungkan dalam kaitannya terhadap kerusakan bangunan.
2. Kenali seluruh sisitim2 yang ada disebuah bangunan melalui pengamatan langsung, serta mengamati dan menyimpulkan bagaimana kondisi terakhir yang ada. Studi inipun perlu dilakukan untuk mendapat gambaran awal mengenai perangkat sistim yang ada.
3. Studi mengenai gambar2 teknik serta spesifikasi yang ada dari bangunan dan komponen sistimnya yang ada. Mengenal Spesifikasi dan gambar2 teknik perlu dipelajari untuk mendapatkan suatu pengenalan lengkap dari berbagai kelengkapan bangunan beserta sistim yang terpasang dan bagaimana letak serta sistim pemasangannya.
4. Menetapkan suatu rencana prosedur awal mengenai pemeliharaan bangunan beserta seluruh sistimnya dengan memperhitungkan keadaan yang ada beserta seluruh resikonya.
5. Menetapkan instruksi kerja dari prosedur awal pemeliharaan perangkat sistim yang terkandung didalamnya.
6. Mengembangkan seluruh prosedur terpadu dan instruksi kerja kedalam suatu sistim global proses pemeliharaan bangunan beserta perangkat sistim yang ada.
7. Mengevaluasi seluruh prosedur2 yang ada beserta Instruksi kerja untuk membuat suatu evaluasi, apakah diperlukan adanya suatu perubahan ataupun penyesuaian dari berbagai prosedur2 terpadu yang telah dibuat.
8. Menetapkan prosedur serta instruksi kerja terpadu sebagai suatu sistim pemeliharaan bangunan yang ada, menjadi suatu ketetapan baku yang akan dijalankan pada proses pemeliharaan suatu bangunan beserta seluruh isinya. Hal ini untuk seluruh bangunan akan berbeda karena harus menyesuaikan kepada ciri-ciri peralatan yang ada serta aktifitas operasional sehari-harinya.
Mengenai pembicaraan : bagaimanakah langkah2 penetapan perencanaan prosedur beserta instruksi kerja dan siapakah yang dapat melakukan penetapan kebijakan tersebut? Maka perlu adanya suatu tim “Expert” yang memiliki berbagai kemampuan, karena bidang ini memerlukan suatu keterkaitan lintas disiplin keilmuan dari bidang-bidang: Teknik sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur, Interior, Ekonomi & Manajemen.
Pelaksana dari pembuatan prosedur ini, haruslah terdiri dari orang yang benar2 mengenal bagaimana keadaan fisik, ataupun pengelolaan bangunan beserta seluruh sistim yang ada didalamnya. Ruang lingkup pelaksanaan pekerjaan ini adalah personal yang sangat teknis pada bidang2nya, jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai oleh para “installer” sistim, paling tidak memiliki kemampuan:
1. Studi teknis keadaan fisik, lingkungan, operasional gedung dalam jangka waktu tertentu.
2. Kemampuan dasar yang harus dimiliki mengenai pengertahuan terhadap metode2 pemeliharaan bangunan beserta seluruh peralatan mekanik dan elektronik untuk berbagai tingkat kesulitan.
3. Pengetahuan dalam langkah2 dasar prosedural umum tentang pemeliharaan gedung dan sistimnya.
4. Ketrampilan dan kemampuan dasar dalam menganalisa berbagai tahapan kerja, dan merangkainya menjadi suatu prosedur.
5. Pengetahuan dasar dari pendidikan keteknikan formal karena tuntutan pengetahuan yang sangat teknis.
6. Memiliki data lengkap mengenai berbagai persyaratan dan ketentuan dalam melakukan perawatan dari berbagi komponen bangunan & isinya.
7. Memiliki hubungan yang baik dengan instansi terkait menyangkut kebijakan kepemerintahan dan pelaksanaan pemeliharaan gedung.
Daftar Pustaka
Sjafei Amri, ST., Dipl.E.Eng, “Teknologi Audit Forensik, Repair dan Retrofit untuk Rumah dan Gedung”, Yayasan Jonh Hi-tech Idetama, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar