7/01/2009

EmosiAnak



Perkembangan Emosi Anak

Kemampuan emosional manusia sudah ada sejak bayi baru lahir, dengan keterangsangan akibat suatu stimulus yang diberikan kepadanya. Emosi sebagai respon pada bayi ada yang menyatakan kesenangan dan ketidaksenangan. Respon ketidak senangan bayi memiliki ciri yaitu gerakan reflek mendadak yang diikuti suara tangisan. Respon kesenangan bayi memiliki ciri yaitu gerakan relaksasi menyeluruh pada tubuhnya disertai suara yang menyenangkan. Meningkatnya usia anak maka respon akan tidak menyebar, tidak sembarangan dan dapat dibedakan.
Dengan meningkatnya usia anak maka emosi semakin lunak, hal ini disebabkan mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan . Keadaan itu sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisik anak pada saat itu, taraf kemampuan intelektual pada saat itu dan sebagian lagi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Terdapat lima kegiatan belajar yang dapat menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak :

Pertama : Belajar secara trial and error, banyak melibatkan konsep reaksi dimana anak mencoba mengekspresikan emosinya. Pola belajar ini lebih banyak digunakan pada masa kanak-kanak awal, namun digunakan juga pada tahapan selanjutnya.

Kedua : Belajar dengan cara meniru atau learning by imitation. Cara belajar anak dengan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, kemudian bereaksi dan beremosi menyerupai dengan orang yang diamati.

Ketiga : Belajar dengan cara menyamakan diri atau learning by Identification. Cara belajar yang hampir sama dengan meniru, namun anak hanya menirukan ekspresi dan emosi dari orang yang dikaguminya saja. Sebagai contoh seorang anak yang sangat mengagumi seorang artis penyanyi, maka ia dapat menirukan ekspresi dan emosi dari artis itu sebagaimana pengamatannya.

Keempat : Belajar dengan pengkodisian atau learning by conditioning. Dalam metode ini obyek dan situasi yang pada awalnya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan bukan reaksi. Pengkondisian akan akan dengan mudah dan cepat terjadi pada tahun awal kehidupan anak, karena mereka kurang mampu menilai sesuatu secara kritis dan rasio serta penalarannya yang masih minim.

Kelima : Belajar dengan pelatihan atau learning by training. Adalah belajar yang berada dibawah bimbingan dan pengawasan. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang dianggap menyenangkan, dan dicegah untuk tidak bereaksi terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi tidak menyenangkan.

Reaksi kemarahan secara garis besarnya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu jenis impulsif (agresi) dan ditekan. Reaksi impulsif dapat berupa perbuatan ataupun kata-kata dengan intensitas ringan hingga kuat. Reaksi ini ditujukan kepada orang lain sebagai respon yang sifatnya menghukum. Reaksi yang ditekan selalu berada pada pengendalian, mereka dapat berusaha untuk tidak menyalahkan orang/obyek lain dapat juga karena masa bodoh atau ketidakberanian.
Pada keseimbangan emosi, terdapat keseimbangan antara emosi yang tidak menyenangkan dengan emosi yang menyenangkan pada suatu batas tertentu. Untuk keadaan yang dinyatakan ideal maka emosi harus lebih condong kepada kondisi yang menyenangkan. Pengendalian emosi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1.Pengendalian lingkungan, yaitu dengan tujuan emosi yang tidak menyenangkan dengan segera diimbangi dengan emosi yang menyenangkan dengan intensitas yang lebih banyak, sehingga akan lebih condong kepada emosi yang menyenangkan.

2.Membantu anak mengembangkan toleransi terhadap emosi, yaitu kemampuan untuk menghambat emosi yang tidak menyenangkan.

Selain itu anak juga harus dapat belajar menerima berbagai rasa emosi seperti: kegembiraan, kasih sayang, keingintahuan, serta keadaan emosi yang tidak menyenangkan lainnya. Hal ini sangat perlu diperkenalkan kepada anak, karena keseimbangan yang terjadi antara emosi yang menyenangkan dan ketidak senangan akan memberikan suatu kemampuan beradaptasi. Jika terjadi emosi yang menyenangkan sangat dominan dan anak dalam hidupnya kurang merasakan emosi yang tidak menyenangkan, dapat terjadi anak kurang siap menghadapi hal tersebut.
Kondisi Yang Mempengaruhi Emosi
Terdapat beberapa contoh dari kondisi kehidupan yang dapat mempengaruhi emosi dominan dari anak :

Kondisi kesehatan: Kesehatan yang baik akan mendorong emosi yang menyenangkan menjadi dominan, sedangkan buruknya kesehatan dapat menyebabkan dominannya emosi yang tidak menyenangkan.

Keadaan rumah hunian: Anak yang tumbuh pada keadaan rumah yang berisi kebahagiaan, kasih sayang, saling menghargai yang jauh lebih dominan dari adanya pertengkaran, kecemburuan dan perasaan lain yang kurang menyenangkan, maka anak dapat tumbuh dengan cenderung bahagia.

Cara mendidik anak: Mendidik anak secara demokratis serta permisif akan mendorong anak tumbuh dalam emosi yang menyenangkan dibandingkan mendidik secara otoriter.
Hubungan dengan para anggota keluarga: Hubungan antar keluarga yang tidak rukun disertai amarah, maka kondisi ini akan menumbuhkan emosi kemarahan yang cenderung akan menguasai kehidupannya.

Hubungan sosial: Pada anak yang diterima dengan baik dilingkungan sosialnya maka ia akan tumbuh dengan emosi yang bahagia, jika anak tidak diterima dalam lingkungan sosialnya maka anak akan tumbuh dalam emosi yang tidak menyenangkan.
Perlindungan yang berlebihan: Perlindungan berlebihan yang diberikan orangtua kepada anak, akan menyebabkan anak memiliki emosi takut yang dominan dalam hidupnya.
Aspirasi orang tua: Orang tua yang mempunyai keinginan yang tinggi terhadap anaknya dengan tidak realistis, anak akan merasa canggung dan malu sehingga merasa bersalah karena tidak memenuhi harapan tersebut. Hal ini juga menyebabkan terjadinya emosi yang tidakmenyenangkan menjadi dominan dalam diri anak.

Bimbingan: Bimbingan dengan mengarahkan keadaan yang kurang baik seperti frustasi adalah suatu hal yang biasa terjadi pada diri manusia, sehingga melalui pengertian bimbingan ini anak merespon keadaan tersebut sebagai keadaan tidak menyenangkan yang dominan.


Penyaluran Emosi Terpendam

Terdapat berbagai cara dalam bertindak yang dilepaskan dalam diri anak akibat oleh beberapa perasaan emosi yang timbul dominan dari diri anak, sebagaian besar berasal dari faktor yang selalu didapatkan dirinya dari berbagai keadaan. Beberapa cara yang umumnya dilakukan anak untuk rangsangan yang menimbulkan kemarahan/rasa ketidaksenangan, yaitu:

Kemurungan: Adalah keadaan emosi yang diperpanjang karena adanya energi emosi yang tertahan dan dibiarkan tetap menyala. Anak menjadi tidak bergairah dan bekerja dengan tingkat hasil dibawah kemampuan mereka.

Reaksi Pengganti: Energi emosional dapat dilepaskan dengan mengganti reaksi yang bisa diterima sosial. Misalnya anak yang marah akan mengganti dengan mencaci atau melakukan suatu hal yang bermanfaat (konstruktif) atau merusak (destruktif), hal ini tergantung emosi dominan yang ada dalam diri anak.

Pemindahan: Reaksi emosiaonal yang terjadi ditujukan kepada benda lain, hewan ataupun manusia lainnya yang samasekali tidak berhubungan dengan sumber rangsangan.

Regrasi: Adalah cara untuk mengekspresikan emosi dengan kembali kebentuk perilaku sebelumnya, misalnya adalah anak yang cemburu akan meminta saat berpakaian dibantu walaupun tidak bermasalah.

Letusan Emosi: Anak bereaksi dengan hebat akibat rangsangan yang dirasakan, jika marah dilakukan dengan ledakan amarah terhadap obyek yang membuat mereka marah.
Karena faktor emosi memiliki peran penting dalam menentukan cara penyesuaian pribadi dan sosial dari yang akan dilakukan anak sepanjang masa tumbuhnya hingga dewasa, maka sangat perlu untuk memberikan perhatian bagi anak. Dasar bagi berbagai pola emosi terletak pada awal kehidupan, maka tahun-tahun awal (masa kanak-kanak) adalah periode yang sangat penting dalam menentukan bentuk pola selanjutnya.
Istilah “kartasis emosi” adalah suatu pembersihan sistim emosi yang ada pada seseorang, yang kemudian dilakukan pengendalian, karena jika tidak dikendalikan dapat menyebabkan ketidak seimbangan mental. Terdapat beberapa bantuan yang disarankan dalam tindakan “kartasis emosi”, yaitu:

1.Kegiatan menyibukan diri sehari-hari, baik dengan bermain ataupun bekerja.
2.Memberikan pemahaman bahwa kegiatan menyibukan diri dapat bermanfaat dalam membantu kesehatan fisik dan emosi.
3.Membiasakan rasa humor, membuat tertawa sekalipun menertawakan dirinya sendiri.
4.Memberikan wacana bahwa menangis bukanlah hal yang negatif, menangis dalam situasi dan keadaan tertentu adalah merupakan keadaan yang wajar.
5.Memiliki hubungan emosional yang akrab paling tidak dengan salah satu anggota keluarga.
6.Memiliki teman akrab yang dapat bertukar pikiran dan mengadu, karena biasanya anak ragu-ragu mengutarakan masalahnya kepada yang lebih tua.
7.Kesediaan membicarakan masalah segala sesuatunya dengan bebas kepada orang yang dipercaya.
8.Pemberiaan pengertian akan sebab terjadinya emosi sianak, misalnya rasa takut untuk berbicara, jika orang tua memahami masalah ini anak dapat dengan lebih bebas mengutarakan ketakutan.

Sumber:
Hurlock, Elizabeth B. Child Development, Edisi bahasa Indonesia, Penerbit Erlangga, 2005.