2/28/2009

Kinerja Sekolah

Pengukuran Kinerja Organisasi Sekolah
Oleh: C.Richard Mandalora, ST., MT., MPd




Dalam konteks pelaksanaan pengukuran kinerja sekolah, akan dilakukan sebuah pendekatan, melalui pendekatan ini akan dilakukan pengukuran kinerja organisasi secara komprehensif melalui empat dimensi utama, yakni : dimensi keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan dimensi learning & growth.

1.Dimensi Keuangan : merupakan pengukuran aktifitas pembiayaan dari suatu organisasi. Sebab tanpa cash flow yang sehat, sebuah organisasi tidak akan bertahan lama. Dalam dimensi ini, beberapa indikator kinerja (atau lazim disebut sebagai key performance indicators atau KPI) yang kerap digunakan sebagai acuan antara lain adalah : tingkat penerimaan organisasi, jumlah perkembangan dalam setahun (revenue), tingkat efisiensi biaya operasi (operation cost), ataupun juga sejumlah indikator keuangan seperti ROI (return on investment), ROA (return on asset) ataupun EVA (economic value added).

2.Dimensi Pelanggan : merupakan pengukuruan yang melihat bagaimana tingkat kepuasan dari pelanggan (orangtua-murid). Sebab tanpa pelanggan, sebuah organisasi pat beraktifitas. Sejumlah key performance indicator (KPI) yang lazim digunakan dalam dimensi pelanggan ini antara lain adalah : tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction index), brand image index, brand loyalty index.

3.Dimensi Proses Internal : Beberapa elemen kunci dalam proses bisnis internal yang layak dikendalikan dengan optimal mencakup segenap mata rantai (supply chain) proses produksi/operasi, manajemen mutu, dan juga proses inovasi. Beberapa contoh KPI yang lazim digunakan dalam dimensi ini antara lain adalah : persentase produk ketidaksesuaian pelaksanaan pembelajaran (defect rate), tingkat kecepatan dalam proses, jumlah inovasi proses dan pengembangan dalam setahun, jumlah pelayanan yang di-delivery dengan tepat waktu dan baik, ataupun jumlah pelanggaran SOP (standard operating procedures).

4.Dimensi Learning and Growth : Dimensi ini berfokus pada pengembangan kapabilitas SDM, potensi kepemimpinan dan kekuatan kultur organisasi untuk terus dikembangkan ke titik yang optimal. Dengan kata lain, dimensi ini hendak meletakkan sebuah pondasi yang kokoh nan tegar agar sebuah organisasi pendidikan agar terus bisa mengibarkan keunggulannya. Contoh KPI (key performance indicators) yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja pada dimensi ini antara lain adalah : tingkat kepuasan karyawan (employee satisfaction index), level kompetensi rata-rata karyawan, indeks kultur organisasi (organizational culture index), ataupun jumlah jam pelatihan dan pengembangan per karyawan.
Demikianlah empat dimensi utama yang mesti dikelola dan diukur kinerjanya secara konstan dari waktu ke waktu. Pada dasarnya keempat dimensi diatas bersifat sinergis dan saling behubungan erat secara hirarkis. Sebuah organisasi pendidikan hampir tidak mungkin mencapai keunggulan tanpa ditopang oleh barisan pelanggan yang puas dan loyal. Dan barisan pelanggan yang loyal ini tak akan pernah terus tumbuh jika tidak memiliki proses bisnis yang baik nan inovatif. Dan pada akhirnya, proses kerja yang baik ini hanya akan mungkin menjelma menjadi kenyataan jika organisasi tersebut ditopang oleh barisan SDM yang unggul, kepemimimpinan yang tangguh dan budaya organisasi yang positif.
Pengelolaan kinerja organisasi bisnis secara optimal dengan demikian mesti mempertimbangkan keempat dimensi diatas secara intregratif. Serangkaian key performance indicators (beserta target angka) untuk tiap dimensi diatas akan diidentifikasi dan kemudian dimonitor pencapaiannya secara periodik (misal setiap sebulan sekali dalam sesi monthly performance review meeting). Melalui proses pengelolaan kinerja yang komprehensif pada empat dimensi inilah, sebuah organisasi bisnis mestinya bisa terus tumbuh.