11/25/2008

Visi


Semuanya Dimulai Dari Suatu Visi
Oleh: C. Richard Mandalora

Visi” adalah sebuah ide pemikiran dimasa datang dan menjadi suatu imajinasi yang kuat sebagai harapan. Kata “visi” juga mengarahkan kita kepada suatu persepsi visual yang memberi gambaran kepada kemampuan untuk melihat kondisi saat ini dan memformulakannya untuk pertumbuhan mendatang. Wujudnya adalah suatu bentuk ide, dan terkait dengan tujuan yang akan dituju dan diekspresikan dalam suatu terma nilai. Penempatan yang tepat jika “visi” merupakan ide atau angan-angan masa depan, karna ia akan membantu pemimpin untuk memberikan suatu energi dan lompatan melalui sumberdaya yang dapat melahirkan angan-angan menjadi kenyataan.

Pendekatan strategis dalam suatu kepemimpinan organisasi pendidikan memerlukan arahan dan tujuan. Pendefinisian “visi” secara jelas oleh pemimpin memerlukan komitmen yang kuat dan mencangkup semua lapisan organisasi pendidikan mulai dari kepala sekolah, guru, dan staf lainnya. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan yang efektif akan memberikan hasil berupa mutu pendidikan yang baik bagi siswanya. Aspek utama dalam menjalankan suatu kepemimpinan tersebut adalah: Menyusun arah, tujuan, dan sasaran organisasi. Pemimpin organisasi pendidikan/sekolah seharusnya berangkat dari tujuan dasar disertai dengan prinsip yang jelas dalam pelaksanaannya. “Mendefinisikan tujuan adalah fungsi utama administrasi, dan sebuah organisasi dibangun untuk mencapai cita-cita atau sasaran aktivitas kelompok.” (Culberston, 1983).

“Visi” yang dirumuskan dengan baik oleh pemimpin, dalam organisasi sekolah seharusnya mampu memberikan sinergi dalam bentuk: Komitmen dan energi, menciptakan arti dalam berkerja, menjembatani masa sekarang dan mendatang serta memberikan standar bagi mutu pelayanan dari seluruh pembentuk organisasi pendidikan tersebut. Mengkomunikasikan “visi” oleh pemimpin dan seluruh pengikutnya di sekolah merupakan sebuah proses yang membutuhkan prioritas dan kehati-hatian jika diinginkan berhasil dan sukses. Proses menentukan tujuan organisasi adalah inti dari manajemen, dimana penyusunannya dilakukan oleh pemimpin dan boleh dipengaruhi oleh situasi luar. Popularitas pemimpin ber-“visi” terbukti dalam penelitian tentang Teacher Training Agency (TTA) di Inggris. Pemimpin organisasi pendidikan, dituntut untuk menetapkan dan mewujudkan “Visi” dalam kepemimpinan sekolah, (Glatter dan Weindling, 1993).

“Visi” Dalam Organisasi Pendidikan

Tahapan dalam mengimplementasikan suatu “visi” diorganisasi pendidikan adalah:

Tahap Identifikasi -à Tahap Merumuskan --à Tahap Implementasi.

Tahap Identifikasi: Pemimpin dapat mengidentifikasi dan menemukan adanya suatu kebutuhan dari bentuk “visi” disuatu organisasi pendidikan/sekolah melalui pengamatan misalnya: Apakah organisasi sekolah mulai kehilangan legitimasi, posisi pasar dan reputasi untuk berinovasi? Apakah para karyawan mulai dari guru hingga administrasi mengeluhkan ketidak adanya tantangan dan kesenangan dalam bekerja? Apakah terlihat adanya kebingungan akan arah dan tujuan dari organisasi pendidikan/sekolah tersebut? Jawaban dari permasalahan tersebut adalah apakah pemimpin sudah menentukan dengan benar suatu “Visi” dari organisasi tersebut?

Tahap Merumuskan: “Visi” yang baik dapat terlihat dan dirasakan oleh para anggota pengikutnya. Untuk membentuk hal tersebut maka terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu: Seberapa luas cakupan orientasi “visi” tersebut di masa mendatang? Seberapa luas “visi” itu nantinya dapat memberikan standar tingkat kesempurnaan serta dapat merefleksikan ide yang tinggi? Sejauhmana “visi” tersebut dapat merefleksikan keunikan dan berbagai kompetensi dari organisasi? Seberapa luas “visi” tersebut dapat menjadi inspirasi dan menumbuhkan komitmen bagi pengikut? Apakah “visi” tersebut juga sejalan dengan sejarah atau budaya serta nilai-nilai yang ada pada organisasi tersebut. Pemimpin dapat menjadikan berbagai aspek diatas sebagai wacana yang harus diperhatikan dalam membentuk suatu Kepemimpinan dengan suatu “visi”.

Tahap Implementasi: Peran dari seorang pemimpin organisasi pendidikan/sekolah dalam melakukan perubahan sangatlah penting, karena dialah agen perubahan yang memberikan keputusan dan perubahan penting diorganisasi tersebut. Ada beberapa keputusan penting yang harus dilakukan nantinya oleh seorang pemimpin organisasi pendidikan/sekolah dalam operasional kerja, dapat dijelaskan sbb:

Adanya nilai2 hakiki yang harus konsisten dengan tujuan utama dari pendidikan, misalnya : bagaimana upaya2 dalam mencerdaskan bangsa. Pemimpin juga harus menentukan upaya terbaik dalam mengelola suatu lembaga pendidikan sesuai dengan “visi” nya, misalnya: melakukan perubahan dalam struktur organisasi kelembagaan agar lebih terintegrasi dalam melaksanakan inovasi. Pemimpin menyusun standard operasi prosedur dari berbagai proses kerja disekolah, untuk diarahkan dan dikembangkan menuju “visi” tersebut. Pemimpin harus menemukan ketrampilan apa yang dibutuhkan untuk dapat dikembangkan dan ditingkatkan dari para pengikut dalam upaya melakukan proses pekerjaan berdasarkan arahan dari “visi” tersebut.

Kelebihan dari suatu kepemimpinan visioner: Pemimpin dapat memberikan inspirasi dan menguatkan komitmen dari para pengikutnya. Pemimpin juga dapat merefleksikan keunikan dari karakter organisasi yang dipimpinnya. Kepemimpinan visioner dapat mengarahkan secara gamblang rencana strategis suatu proses kerja dari organisasi. Pemimpin dapat pula memberikan nilai lebih kepada masyarakat luas melalui proses hasil akhir yang nyata dari kegiatan organisasi yang dipimpinnya.

Kelemahan dari suatu kepemimpinan visioner: Sebagai seorang agen perubahan dalam suatu organisasi, pemimpin harus dapat menempatkan “visi” sebagai sebuah cita-cita yang akan dicapai, pemahaman yang salah mengakibatkan kesesatan dari tujuan yang diangan-angankan. Sebuah “visi” yang sangat baik jika diarahkan oleh pemimpin dengan tidak tepat melalui kesalahan tindakan akan menimbulkan ketidakpercayaan dan keraguan terhadap ide atau angan-angan tersebut, bahkan sikap antipati terhadap kepemimpinannya.

Kesimpulan: Kepemimpinan Visioner merupakan jawaban terhadap suatu keadaan optimisme yang diinginkan dimasa datang bagi sebuah organisasi. Pemimpin menjadi agen perubahan dengan memberikan arahan dan bimbingan bagi pengikutnya untuk mencapai cita-cita tersebut. Ketepatan suatu “visi” dan kepemimpinan yang kuat serta berkarakter akan menjadikan organisasi tersebut semakin besar dan kuat dengan berbagai ide-ide baru untuk mengikuti cita-cita yang ada.

Daftar Bacaan :

  1. Nanus, Burt. “Visionary Leadership: Creating a compelling sense of direction for your organization”. Jossey-Bass Inc., 1992.
  2. Bush, Tony & Coleman, Marianne. “ Strategic Management: Educational Leadership”. IRCI, 2006.
  3. Wahjosumidjo. “Kepemimpinan Dan Motivasi”. Penerbit Ghalia Indonesia. 1987.
  4. Sagala, Syaiful. “ Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan Peningkatan Mutu Pendidikan”. Penerbit Alfabeta, Bandung. 2007.
  5. Northouse, Peter. “ Leadership Theory And Practice”. Sage Publication. 1997.

11/24/2008

Coaching & Councelling

Oleh : C.Richard Mandalora
I. Kontribusi Coaching & Concelling Dalam Peningkatan Kompetensi SDM

Keberadaan Karyawan dalam suatu organisasi mempunyai peran yang sangat strategis untuk melaksanakan tugas dan kegiatan organsiasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun jatidiri seorang karyawan yang berguna dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan adalah karyawan yang penuh kesetiaan dan ketaatan terhadap organisasi, serta bersatu padu, bermental baik, berwibawa, kuat, berdaya guna, berhasil guna, bersih, berkualitas tinggi, sadar akan tanggung jawabnya.
Salah satu wujud pendekatan dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam organisasi adalah dengan melalui Coaching dan Conselling. Sebab Coaching dan Conselling merupakan sarana peningkatan kemampuan dan kinerja karyawa, ini berarti mempunyai arti penting dalam upaya mengembanagkan karyawan yang berkualitas. Karyawan yang berkualitas dalam arti memiliki kemampuan, kecakapan dan keterampilan kerja yang baik pada saat ini memang sangat diperlukan, sejalan dengan semakin kompleksnya beban diorganisasi. Lemahnya kualitas sumber daya karyawan tentu juga akan mengakibatkan lemahnya organisasi.
Coaching mengajarkan keterampilan teknis atau keterampilan managerial (soft skill). Keterampilan dan sikap untuk membantu “pekerja” (dalam hal ini karyawan) untuk mengelola kegiatan mereka sendiri dengan menggunakan keterampilan mereka sendiri. Dari pengertian ini dapat ditarik batasan bahwa manajer sebagai coach adalah the expert. Artinya, pusat dari keterampilan pada skill coaching ada pada diri manajer. Manajer bertindak untuk mendemonstrasikan seluruh skills dan experience mereka agar dapat diidentifikasi oleh karyawannya. Sehingga berkontribusi bagi karyawan dan atasan.
Manajer menggunakan coaching untuk masalah kinerja berkaitan keterampilan/ kompetensi teknik / pekerjaan. Manajer menggunakan counseling untuk masalah kinerja berkaitan masalah sikap, mental, kepribadian, attitude, dll. Sebagai ilustrasi, coaching ditujukan untuk pemain basket yang “belum tahu bagaimana melempar bola yang bagus” sehingga bolanya luput masuk ke keranjang
Sementara counseling ditujukan untuk pemain basket yang “sudah tahu bagaimana melempar bola yang bagus namun belum bisa menghilangkan kerisauan anaknya yang akan dioperasi” sehingga bolanya pun luput masuk ke keranjang.
Selain meningkatkan produktifitas, data hasil coaching & counseling juga merupakan sumber data yang sangat bermanfaat dalam rangka succession planning. Melalui konseling kita dapat mengetahui kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) konselee / karyawan. Data - data tersebut dapat direkam untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan promosi. Sejarah perkembangan kematangan karyawan dapat pula diketahui melalui ringkasan hasil konseling yang dikirim ke HRD. Melalui coaching & counseling kita dapat menjadikannya sebagai wahana untuk mengoptimalkan pengembangan diri dan performa karyawan.
Counseling ialah sekumpulan teknik, keterampilan dan sikap untuk membantu dalam hal ini karyawan untuk mengelola permasalahan mereka sendiri dengan menggunakan sumber-sumber daya mereka sendiri. Dari pengertian ini dapat ditarik batasan bahwa manajer sebagai konselor bukanlah penyelamat, tetapi fasilitator. Bukan menolong tetapi memberikan bantuan sumber daya. Artinya, pusat dari masalah dan penyelesaiannya ada pada karyawan. Manajer hanya bertindak merefleksikan diri dalam perasaan dan pikiran karyawan, dan berbekal pengalaman dan wawasan, setelah itu menantang karyawan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Pada pokoknya, counseling difokuskan pada segala masalah menyangkut pekerjaan. Bila karyawan memiliki permasalahan di pekerjaan layak untuk di-counseling. Masalah pribadi atau keluarga bilamana mengganggu performa kerja juga layak dibahas dalam konseling. Bila manajer tidak dapat mengatasi masalah yang klinis, manajer dapat merekomendasikan karyawan ke konselor organisasi.
Maka dapat disimpulkan kontribusi Coaching and Conselling dalam peningkatan kompetensi SDM adalah :
1. Untuk Karyawan
- Meningkatkan komitmen karyawan untuk berhasil.
- Meningkatkan motifasi dan inisiatif.
- Meningkatkan kualitas kerja.
- Meningkatkan kreativitas dan inovasi kerja.
- Meningkatkan kekompakan tim.
2. Untuk Atasan
- Memungkinkan pendelegasian kerja.
- Meningkatkan prestasi dalam mengembangkan karyawan.
- Proses penilaian prestasi dan pelaksanaan evaluasi.
Apa yang perlu di-coaching-kan? Kalau mengacu pada standar yang umum, yang perlu di-coaching-kan adalah hard skill dan soft skill (istilah lain: soft competency dan hard competency, job skill dan mental skill). Meski sedemikian rupa coaching itu pada hakekatnya dibutuhkan, tetapi prakteknya masih belum banyak yang melakukan. Beberapa hal yang kerap menghambat terlaksananya kegiatan yang mulia ini, misalnya:
1. Budaya menghakimi / memarahi.
Kita langsung memarahi karyawan saat melakukan kesalahan. Marah terkadang tidak bisa dihindari tetapi yang kerap kita lupakan adalah apa yang kita lakukan setelah marah. Kalau yang kita lakukan membenci atau menjauhi, tentu akan berbeda efeknya dengan ketika yang kita lakukan setelah itu adalah mendekati.
2. Budaya membiarkan.
Kita membiarkan karyawan bekerja sendiri-sendiri karena kita malas atau tidak peduli dengan skill mereka. Membiarkan seperti ini tentu berbeda dengan membiarkan yang punya pengertian memberi kesempatan untuk mandiri dalam menerapkan pengetahuan
3. Budaya mengerjakan sendiri.
Kita menangani sebagian besar pekerjaan dan enggan untuk mendelegasikannya kepada yang lain karena kurang percaya
4. Budaya mengharapkan hasil yang instan.
Kita mengharapkan hasil yang instan dari apa yang kita instruksikan pada mereka.
5. Budaya arogansi .
Kita menjaga jarak dengan karyawan untuk melindungi gengsi atau kita enggan turun ke bawah. Umumnya kita, semakin tinggi jabatan atau posisi, justru semakin jauh dari realitas yang bersentuhan langsung dengan manusia dan masalahnya di bawah.

II. Jelaskan Masing-Masing Jenis Coaching Uraikan Kelebihan Dan Kekurangan

Coaching adalah pembinaan. Secara teoritis, coaching adalah proses pengarahan yang dilakukan atasan / senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada bawahanya tentang realitas di tempat kerja dan membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja yang optimal. Kegiatan ini akan sangat tepat diberikan kepada orang baru, orang yang menghadapi pekerjaan baru, orang yang sedang menghadapi masalah prestasi kerja atau orang yang menginginkan pembinaan kerja. Tujuannya adalah untuk memperkuat dan menambah kinerja yang telah berhasil atau memperbaiki kinerja yang bermasalah. Tujuan dan manfaatnya adalah :
- Memberikan penjelasan tentang cara-cara membina karyawan sebagai upaya mengembangkan ketrampilannya.
- Memberikan penjelasan bahwa bimbingan dapat membantu karyawan mengatasi hambatan dalam berprestasi
- Memberikan penjelasan kriteria membina atau membimbing
- Memberikan pedoman dalam memberi umpan balik yang efektif
- Membantu merencanakan implementasi dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip membina dan membimbing yang efektif.
Menurut jenisnya coaching dibagi menjadi dua jenis yaitu :
A. Authoritative (lebih menunjukan otoritas), Adalah gaya coaching dari seseorang yang memiliki tingkat posisi, jabatan, pengalaman dan pendidikan yang dipandang lebih tinggi dari bawahan atau lawan bicaranya. Hubungan yang bersifat top-down.
Kelebihan Jenis ini :
- Dapat memberikan arahan dengan cepat kepada sasaran yang dituju.
- Memberikan kejelasan otoritas dan kewenangan.
- Memperlihatkan dengan jelas garis komando/perintah kepada suatu hal.
- Tidak memberikan peluang tentang perasaan dan hubungan pribadi.
Kekurangan Jenis ini :
- Tidak memberikan peluang adanya sentuhan humanis.
- Jika atasan tidak kompeten akan memberikan pengarahan yang justru salah.
Coaching jenis ini terdiri dari:
- Prescriptive (giving direction).
- Informative (giving Information).
- Confronting (challenging Supportive).
B. Facilitative (lebih menunjukan hubungan sosial/humanis),
Adalah gaya coaching yang terjadi bisa secara horisontal, vertikal, bottom up, atau top down, yang dominan dilaksanakan untuk membantu individu yang menghadapi masalah.
Kelebihan Jenis ini :
- Dapat memberikan arahan secara lebih humanis.
- Memberikan bantuan terhadap permasalahan lebih secara interpersonal.
- Memperlihatkan dengan jelas perasaan keperdulian antar sesama.
Kekurangan Jenis ini :
- Jika dilakukan pada keadaan yang benar dapat mengakibatkan hubungan secara pribadi.
- Jika atasan tidak kompeten akan memberikan pengarahan yang justru salah.
Coaching jenis ini terdiri dari:
- Cathartic (Expressing Feeling).
- Catalytic (Encourage Self-discover)
- Supportive (Affirming worth, self esteem)
Banyak sekali manfaat yang akan kita terima dari proses meningkatkan kemampuan membina dan membimbing. Keterampilan ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan situasi kerja, seperti program orientasi dan pelatihan karyawan yang lebih sesuai, memperjelas tanggung jawab dan standar prestasi, memberikan panduan yang lebih baik bagi karyawan yang akan beralih pekerjaan serta memberi motivasi yang lebih baik melalui pemberian umpan balik.

III. Uraikan Hubungan Antara Pendekatan & Tehnik Coaching Dalam Praktek DiLapangan.

Pendekatan dalam Coaching dapat diuraikan sebagai berikut:
Pendekatan Langsung :
- Bertumpu pada data yang dikumpulkan coach
- Substansi bersangkut paut dengan isi intelektual.
- Lebih bnyak tepusat pada hal yang ilmiah.
- Terutama berhubungan dengan bidang pendidikan, jabatan atau jurusan.
- Menitikberatkan pada masalah yang dihadapi karyawan.
Pendekatan Tidak Langsung :
- Bertumpu pada data yang dikemukakan karyawan.
- Bersangkut paut dengan isi kehidupan emosi.
- Lebih banyak terpusat pada hubungan antar manusia.
- Terutama berhubungan dengan perorangan/kelompok.
- Menitikberatkan pada proses wawancara.
Pendekatan Eklektik :
- Bertumpu pada data yang dikumpulkan coach dan dikemukakan oleh karyawan.
- Bersangkut paut dengan isi intelektual dan kehidupan emosi.
- Melibatkan pendekatan ilmiah atau hubungan antar manusia.
- Meliputi pendidikan, jabatan atau jurusan dan bidang perorangan/sosial.
- Menitikberatkan pada masalah pengembangan dan proses interaksi.
Sedangkan dalam coaching terdapat beberapa jenis umpan balik yang dijelaskan sebagai berikut :
- Teknik diam: Tidak memberikan tanggapan, Tidak berkata apa-apa, berarti berita buruk, Menjaga kondisi tidak berubah (status quo), Menurunkan rasa percaya diri, Menurunkan prestasi (jangka panjang), Menghindari hal tidak pasti saat penilaian , Menyebabkan paranoid & rasa tidak aman.
- Teknik Kritik (Konotasi Negatif) : Tunjukkan perilaku / hasil dibawah standar, Hentikan perilaku/prestasi tidak sesuai, Hasil pekerjaan yang tidak sesuai harapan, Hanya berakibat pada jangka pendek, Pembelaan diri, lari dari tanggung jawab, Cenderung menghilangkan perilaku baik, Menurunkan rasa percaya diri & harga diri, Menghindari pertemuan dengan manajer, Memusuhi, Menurunkan motivasi.
- Teknik Nasihat : Menunjukkan terjadi perilaku atau hasil baik, pertahankan di masa mendatang, Mempertahankan/mengubah perilaku/hasil untuk mencapai prestasi, Meningkatkan rasa percaya diri, Meningkatkan hubungan pertemuan, Meningkatkan kinerja.
- Teknik Memperkuat (Positif): Menunjukkan perilaku/hasil yang diinginkan (Memenuhi standar atau melampauinya), Meningkatkan hasil kerja diinginkan, Meningkatkan rasa percaya diri, Meningkatkan prestasi, Meningkatkan motivasi, Meningkatkan semangat untuk tugas baru.
Hubungan antara Pendekatan dan teknik Coaching dilapangan adalah :
Dalam diagram diatas adalah memberikan gambaran bagaimana proses komunikasi tidak hanya menggunakan kata-kata yang tepat saja yang memiliki arti bagi orang yang diajak berkomunikasi, namun komunikator juga harus mengetahui keadaan “status ego” dari lawan bicaranya atau penerima pesan yang sedang dominan saat itu. Penting bagi kita untuk mengetahui hal tersebut agar pendekatan yang diambil dapat tepat, sehingga kegiatan coaching yang dilakukan akan lebih tepat dan effisien.

IV. Kualifikasi Untuk Menjadi Seorang Coach & Concellor.

Tiga skill utama bagi seorang atasan dalam coaching & counseling meliputi :
1. Skills mendengarkan dengan baik (ketika menemukan masalah),
2. Skill mendefinisikan masalah dengan baik (agar menemukan penyebab sebenarnya) dan
3. Skill memfasilitasi dan berupaya penemuan solusi.
Tugas atasan ialah membantu mengoptimalkan sumber daya bagi bawahannya untuk menyelesaikan masalah atau mencapai targetnya. Membina dan membimbing merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari dari praktek, melalui kegigihan dan kesabaran. Bila kita memang memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan dan memberikan dukungan moral kepada orang lain, ditambah dengan kedisiplinan kita dalam mengimplementasikan pedoman-pedoman tertentu maka kita akan menjadi hebat dibidang ini.
Terdapat beberapa ciri coach yang efektif yaitu :
- Memiliki ketrampilan berkomunikasi.
- Memiliki sentuhan humor, tulus dan jujur.
- Memiliki minat yang tulus terhadap kesejahteraan orang lain.
- Menghargai pengaruh kebudayaan.
- Bisa memahami permasalahan klien.
- Terbuka akan saran dan perubahan.

Kesimpulan Akhir Keseluruhan
Bagaimana mengarahkan & menginspirasi agar semua tim (pekerja) bergerak maju ke satu arah [menggerakkan tim kerja] menuju business goals, adalah juga tugas utama pemimpin. ”Leader” juga inspirator dan juga motivator bisnis. Mengubah yang demotivasi menjadi termotivasi, adalah tugas utama pemimpin. Ini juga bukan lagi pekerjaan HRD Manager.
Mengembangkan manusia melalui coaching & counseling, juga harus jadi tugas utama pemimpin. Beberapa perusahaan maju, memakai istilah C&C untuk coaching & counselling. ”Leader” oleh karenanya juga seorang ”coach”. Ini juga bukan pekerjaan HRD Manager lagi.
Pemimpin bertugas membina manusia dibawah kewewenangnya, jika pemimpin benar-benar menjalankan fungsinya membina timnya, produktifitas dan kinerja tinggi akan tercapai di semua level organisasi. Sebaliknya, jika ia abaikan fungsi ini, dijamin ia akan menderita kekosongan kepemimpinan. Setiap pemimpin harus mengambil peran ini secara proaktif dan dengan kesadaran yang tinggi. Akhirnya tujuan mengembangkan organisasi menjadi besar sesuai visi yang ditetapkan, terletak dipundak para pemimpin-pemimpin yang cakap.

Daftar Bacaan
1. Bahan Kuliah Effective Coaching And Councelling Skills, MPD UPH 2008, Oleh DR. P.M Marpaung M.Sc.
2. Bahan Training Coaching Councelling Effective Training, Sekolah Kristen IPEKA, Agustus 2008.
3. Dessler, Gary (2000): Human Resource Management, International Edition, 8th Ed. Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.
4. Nick Blanchard, Effective Training: System, Strategies and Practices.Prentice Hall, New Jersey. 1999.

11/16/2008

Optimalisasi Bangunan & Fasilitas Melalui Pemeliharaan

Oleh : C. Richard Mandalora
Bangunan adalah suatu hasil karya manusia yang dibangun dari berbagai bahan keras dan membentuk suatu wujud fisik, ditujukan dalam memenuhi kebutuhannya untuk melakukan berbagai aktifitas yang ada serta tempat berlindung, beristirahat bagi pembuiatnya. Berbagai jenis aktifitas serta tingkat besarnya akan mempengaruhi jenis, model dan ukuran dari wujud fisik bangunan yang dibuat. Maka timbulah berbagai kriteria pembagian bangunan menurut berbagai aspek pengamatan.
Menurut jenis strukturnya maka bangunan dapat dibagi menjadi :
1. Non-struktural : Adalah bangunan yang didirikan dimana kekuatan strukturnya tidak dihitung atau dipersiapkan, namun ditentukan hanya berdasarkan bagian yang dianggap pelengkap/tambahan saja.
2. Struktural : Adalah bangunan yang didirikan dengan memperhitungkan struktur dan mempersiapkannya dengan matang.
Sedangkan dengan melihat berdasarkan fungsi pemakaian yang ada, maka bangunan secara umum dapat dibagi kedalam :
1. Bangunan ibadah.
2. Bangunan hunian.
3. Bangunan Perkantoran.
4. Bangunan Industri.
5. Bangunan Kesehatan.
6. Bangunan sekolah.
7. Bangunan konstruksi laut.
8. Bangunan perhubungan.
9. Bangunan fungsi olahraga.
10. Bangunan Pemerintahan
11. Bangunan militer, dll.
Untuk jenis bangunan sekolah terdapat adanya ciri umum yang dibutuhkan dalam konsep rancangannya, hal ini dianalisa berdasarkan studi serta kebutuhan dalam aktifitas belajar.
Contoh analisa berdasarkan Fungsi tentang rancangan bangunan Sekolah :
Berdasarkan kriteria fungsi dari aktifitas pengguna, terdapat beberapa persyaratan pokok dalam membuat suatu rancangannya, misalnya:
1. Terdapat ruang2 kelas dengan kapasitas yang telah ditentukan dalam menampung murid.
2. Terdapat fasilitas laboratorium, kelas pendukung lainnya seperti : R.seni, TU, kantor management pengelola, aula dan perpustakaan.
3. Terdapat sarana2 olahraga.
4. Terdapat suatu kantin dengan kapasitas tertentu.
5. Terdapat ruang service, ruang tunggu orang-tua.
6. Sarana sosial, sarana umum.
Sedangkan kebutuhan dari suatu rancangan bangunan Kantor : Berdasarkan kriteria fungsi aktifitas dari pengguna, terdapat beberapa persyaratan pokok dalam membuat suatu rancangannya, misalnya:
1. Terdapat ruang2 untuk para staf, manager, maupun direktur.
2. Terdapat ruang meeting dengan kapasitas tertentu.
3. Terdapat ruang IT dengan kapasitas tertentu.
4. Terdapat R. Tunggu untuk tamu.
5. Ruang service.
6. Lobby, security. Dll
Dengan melihat 2 contoh dari jenis fungsinya saja telah terdapat banyak perbedaan untuk menyebutkan beberapa kriteria umum dalam suatu pererencanaan awal suatu bangunan. Perencana bangunan baik bidang Arsitektur Maupun Instalasi M&E harus memiliki suatu pemahaman aktifitas dari penggunaan bangunan nantinya, sehingga akan lebih mudah melakukan detil rancangan.
Dalam perjalanan suatu bangunan mulai perencanaan hingga masa manfaat, terdapat adanya suatu siklus hidup dari bangunan umum yang tahapannya dapat disebutkan & digambarkan sebagai berikut:
• Tahapan Perencanaan : Saat mula2 dilakukannya suatu desain, yang meliputi desain Arsitektur, Struktur, Plumbing dan juga Elektrikal.
• Tahapan Pelaksanaan : Suatu tahapan dimana dilakukannya pelaksanaan pembangunan oleh kontraktor.
• Tahapan Serah terima/pra pemakaian : Adalah suatu tahap dimana pemilik telah mengambil alih fisik bangunan dan melkukan persiapan dalam pemakainnya.
• Tahapan Pemakaian : Adalah suatu tahapan dimana pemilik sudah melakukan aktifitas dalam bangunan.
• Tahapan Pemeliharaan : Tahapan dimana bangunan tersebut harus dilakukan adanya usaha2 pemeliharaan untuk merawat dan memperpanjang usia pakainya.
Untuk tahapan Pemakaian dan Pemeliharaan waktu operasional yang digambarkan didiagaram diatas adalah bersamaan, oleh karena itu perlu dilakukan suatu koordinasi yang baik dalam pelaksanaannya agar tidak terjadi tumpang tindih koordinasi pekerjaan.
Bertambahnya usia bangunan akan mengakibatkan penurunan kualitas dan kemampuannya beserta segala sistim yang ada didalamnya. Bila tidak dilakukan suatu perawatan yang teratur maka kerusakan bangunan serta sistimnya akan terjadi dengan segera, yang dapat menimbulkan efek kesulitan serta hambatan dalam operasionalnya serta kerugian yang diakibatkannya sangat besar.
Usaha Optimalisasi Fungsi Bangunan
Pengertian umum dari usaha optimalisasi adalah suatu upaya yang dilakukan pihak tertentu, untuk mendapatkan suatu hasil yang sebesar2nya, dalam usaha optimalisasi terhadap fungsi bangunan dapat dijelaskan sebagai :
“Usaha2 yang dilakukan terhadap bangunan untuk mendapatkan hasil balik yaitu fungsi penggunaan bangunan yang besar”. Semakin besar & baik usaha yang dilakukan maka akan semakin optimal hasil yang diambil yaitu berupa fungsi pemakain bangunan tersebut.
Terdapat beberapa langkah usaha untuk mengoptimalisasi fungsi bangunan, yaitu:
1. Managemen pemakaian bangunan.
Yaitu langkah-langkah pengaturan dalam pengelolaan, penjadwalan pemakaian dan pengaturan ruang yang baik, akan mendapatkan fungsi pemakaian yang optimal.
2. Perencanaan awal yang baik.
Harus diketahui sejak awal untuk aktifitas apa dan oleh siapa bangunan nantinya akan dipakai, karena informasi ini harus distudi dan diterjemahkan kedalam perencanaan awal.
3. Pemeliharaan/Perawatan yang baik dan teratur.
Tindakan ini yang sangat perlu sekali dilakukan karena pemeliharaan bangunan dapat memberikan manfaat:
• Memperpanjang usia bangunan.
• Menjadikan bangunan selalu siap pakai.
• Memperindah tampak bangunan.
• Memberikan dampak psikologis kepada pemakai & pengamat bangunan itu sendiri.
• Mempersiapkan bangunan dalam suatu keadaan darurat bencana.
• Mendukung adanya pertumbuhan aktifitas yang ada didalamnya.
Untuk selanjutnya bidang pemeliharaan bangunan serta ruang lingkupnya adalah suatu bahasan yang praktis akan dibicarakan dalam konteks ini serta topik2 selanjutnya.
Pemiliharaan Sistim Bangunan/Gedung
Dalam suatu bangunan gedung terdapat berbagai sistim peralatan yang didisain dan diadakan menurut ukuran perencanaan besarnya fungsi, kegiatan, kompleksitas dari bangunan nantinya. Sistim tersebut akan menjadi suatu peralatan penunjang operasional dari gedung tersebut, hal tersebut secara skematik bisa digambarkan sbb:
Maka dengan kita mengetahui dan mengerti sistim apa saja yang ada digedung, kita dapatl menyusun kriteria dan prosedur tentang langkah2 melakukan pemeliharaannya. Untuk suatu bangunan gedung umum terdapat beberapa langkah pemeliharaan yang harus diperhatikan saat kita akan menetapkan suatu kebijakan pengelolaan gedung:
1. Kenali keseluruhan bangunan secara fisik melalui studi visual keseluruh bangunan. Tahapan awal ini dilakukan dengan tujuan agar kita harus benar2 mengenal kondisi yang ada saat ini, serta berbagai resiko yang harus diperhitungkan dalam kaitannya terhadap kerusakan bangunan.
2. Kenali seluruh sisitim2 yang ada disebuah bangunan melalui pengamatan langsung, serta mengamati dan menyimpulkan bagaimana kondisi terakhir yang ada. Studi inipun perlu dilakukan untuk mendapat gambaran awal mengenai perangkat sistim yang ada.
3. Studi mengenai gambar2 teknik serta spesifikasi yang ada dari bangunan dan komponen sistimnya yang ada. Mengenal Spesifikasi dan gambar2 teknik perlu dipelajari untuk mendapatkan suatu pengenalan lengkap dari berbagai kelengkapan bangunan beserta sistim yang terpasang dan bagaimana letak serta sistim pemasangannya.
4. Menetapkan suatu rencana prosedur awal mengenai pemeliharaan bangunan beserta seluruh sistimnya dengan memperhitungkan keadaan yang ada beserta seluruh resikonya.
5. Menetapkan instruksi kerja dari prosedur awal pemeliharaan perangkat sistim yang terkandung didalamnya.
6. Mengembangkan seluruh prosedur terpadu dan instruksi kerja kedalam suatu sistim global proses pemeliharaan bangunan beserta perangkat sistim yang ada.
7. Mengevaluasi seluruh prosedur2 yang ada beserta Instruksi kerja untuk membuat suatu evaluasi, apakah diperlukan adanya suatu perubahan ataupun penyesuaian dari berbagai prosedur2 terpadu yang telah dibuat.
8. Menetapkan prosedur serta instruksi kerja terpadu sebagai suatu sistim pemeliharaan bangunan yang ada, menjadi suatu ketetapan baku yang akan dijalankan pada proses pemeliharaan suatu bangunan beserta seluruh isinya. Hal ini untuk seluruh bangunan akan berbeda karena harus menyesuaikan kepada ciri-ciri peralatan yang ada serta aktifitas operasional sehari-harinya.
Mengenai pembicaraan : bagaimanakah langkah2 penetapan perencanaan prosedur beserta instruksi kerja dan siapakah yang dapat melakukan penetapan kebijakan tersebut? Maka perlu adanya suatu tim “Expert” yang memiliki berbagai kemampuan, karena bidang ini memerlukan suatu keterkaitan lintas disiplin keilmuan dari bidang-bidang: Teknik sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur, Interior, Ekonomi & Manajemen.
Pelaksana dari pembuatan prosedur ini, haruslah terdiri dari orang yang benar2 mengenal bagaimana keadaan fisik, ataupun pengelolaan bangunan beserta seluruh sistim yang ada didalamnya. Ruang lingkup pelaksanaan pekerjaan ini adalah personal yang sangat teknis pada bidang2nya, jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai oleh para “installer” sistim, paling tidak memiliki kemampuan:
1. Studi teknis keadaan fisik, lingkungan, operasional gedung dalam jangka waktu tertentu.
2. Kemampuan dasar yang harus dimiliki mengenai pengertahuan terhadap metode2 pemeliharaan bangunan beserta seluruh peralatan mekanik dan elektronik untuk berbagai tingkat kesulitan.
3. Pengetahuan dalam langkah2 dasar prosedural umum tentang pemeliharaan gedung dan sistimnya.
4. Ketrampilan dan kemampuan dasar dalam menganalisa berbagai tahapan kerja, dan merangkainya menjadi suatu prosedur.
5. Pengetahuan dasar dari pendidikan keteknikan formal karena tuntutan pengetahuan yang sangat teknis.
6. Memiliki data lengkap mengenai berbagai persyaratan dan ketentuan dalam melakukan perawatan dari berbagi komponen bangunan & isinya.
7. Memiliki hubungan yang baik dengan instansi terkait menyangkut kebijakan kepemerintahan dan pelaksanaan pemeliharaan gedung.
Daftar Pustaka
Sjafei Amri, ST., Dipl.E.Eng, “Teknologi Audit Forensik, Repair dan Retrofit untuk Rumah dan Gedung”, Yayasan Jonh Hi-tech Idetama, 2006

Inspeksi/Pengawasan Bangunan & Fasilitas Sekolah

Oleh : C.Richard Mandalora
Inspeksi/pengawasan adalah suatu pengertian dalam tindakan yang dilakukan untuk mengamati, meneliti, mengawasi dengan tujuan memberikan suatu kesimpulan terhadap keadaan yang diamati. Tindakan inspeksi dilakukan dengan sengaja dan dapat direncanakan secara rutin untuk mengambil kesimpulan dari apa yang diamati. Biasanya tindakan inspeksi dilanjutkan dengan tindakan yang dianggap perlu untuk dilakukan, menyangkut hasil penilaiannya.
Terdapat 3 daerah tindakan menyangkut respon dari inspeksi, yaitu:
1. Tindakan prevention (menjaga).
2. Tindakan Correction (memperbaiki).
3. Tindakan servicing (perawatan).
Dalam bangunan sekolah ketiga kegiatan itu dilakukan khususnya untuk memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Faktor Penyebab Kerusakan Bangunan Sekolah
Terdapat siklus manfaat dalam suatu pengadaan bangunan umum, masa siklus tersebut yaitu: Masa Perencanaan, masa pembangunan, masa operasional dan masa pemeliharaan.
Pada tulisan ini akan lebih difokuskan kepada siklus pada masa pemeliharaan bangunan. Siklus masa pemeliharaan bangunan merupakan suatu masa dimana dilakukannya berbagai tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi dari fasilitas yang ada. Proses pemeliharan dilakukan terhadap keadaan fisik bangunan dan berbagai komponen yang ada didalamnya. Pemeliharaan tersebut dilakukan dengan metode/prosedur tertentu yang dilakukan terhadap berbagai peralatan Mechanical, Elektrikal, landscape, dan fungsi dan keadaan bangunan.
Metode/prosedur yang ada harus disesuaikan dan dibuat berdasarkan keadaan, kebutuhan dan penanganan dari masing2 bagian fasilitas, ataupun perangkat M & E.Terdapat beberapa penyebab dari kerusakan bangunan, yaitu :
1. Faktor Usia Bangunan.
- Penurunan kualitas bangunan disebabkan oleh pengaruh gaya yang bekerja dari luar komponen bangunan ataupun dari dalam bangunan itu sendiri dalam hal ini pengguna bangunan. Pengaruh gaya yang bekerja secara jangka panjang akan mengakibatkan retakan ataupun getaran yang berlangsung lama bagi bangunan juga akan mengakibatkan keretakan.
- Faktor pengaruh gesekan ataupun tumbukan Kepada bangunan dalam jangka panjang juga akan memberikan pengaruh kelelahan (fatique) pada bangunan sehingga dapt menyebabkan keretakan, keruntuhan ataupun kerusakan pada komponen lainnya.
- Faktor pengaruh cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama terhadap bangunan akan menyebabkan penurunan kualitas kekuatan dan keindahan bangunan.
2. Faktor Kondisi Tanah Dan Air Tanah.
- Pemilihan jenis dan struktur pondasi yang tidak tepat atas kondisi tanah yang ada serta kondisi air tanah yang ada, maka akan menyebabkan ketidak stabilan kondisi struktur bangunan, bisa terjadi penurunan bangunan ataupun keretakan struktur yang cukup fatal akibatnya.
- Permukaan air tanah yang tinggi dapat menyebabkan proses perembesan air kepada struktur pondasi sehingga menerunkan kekuatan struktur pondasi
3. Faktor Kondisi Angin
- Pengaruh gaya angin yang bekerja pada bangunan dapat menyebabkan efek puntir/torsi yang besarannya tergantung dari besar angin yang bertiup, hal ini terjadi terutama pada bangunan tinggi sehingga diperlukan perhitungan struktur yang lebih hati2 dan matang.
4. Faktor Gempa.
- Pengaruh gempa perlu diperhitungkan karena di Indonesia merupakan daerah resiko utama. Kerusakan yang terjadi dapat terjadi keretakan ataupun keruntuhan yang diakibatkan kondisi struktur bangunan yang kurang memadai.
5. Faktor Mutu Bahan.
- Pengaruh mutu bahan yang kurang baik pada saat pelaksanaan bangunan dapat menyebabkan keretakan, penyimpangan hasil pekerjaan struktur. Misalnya pasir kurang baik akan menyebabkan keretakan pada permukaan dinding ataupun plesteran bangunan, pada pengecoran beton akan menyebabkan mutu beton yang kropos/lembek.
6. Faktor Kesalahan Perencanaan dan Pembangunan.
- Perencanaan ataupun pembangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan prosedur akan menyebabkan kerusakan jangka pendek ataupun jangka panjang suatu bangunan.
- Perencanaan yang kurang baik dapat juga mengakibatkan tidak optimalnya penggunaan bangunan nantinya, maka harus dilakukan dengan studi yang mendalam.
Inspeksi Bangunan
Perlu mengenali berbagai tipe kerusakan bangunan sehingga dapat memberikan solusi tercepat dan tepat mengenai tahap perbaikan dan pemulihannya. Inspeksi bangunan rutin dilakukan untuk mendeteksi lebih awal kerusakan2 ataupun penyimpangan2 penggunaan bangunan dan berbagai fasilitas didalamnya.
Inspeksi dilakukan oleh seorang Inspektor yang memiliki kemampuan dan pengetahuan dasar operasional gedung, ia akan membuat catatan mengenai kerusakan dan penyimpangan2 bangunan yang ada serta memberikan laporan untuk ditindak lanjuti.
Inspeksi pada bangunan dan fasilitasnya dapat digolongkan berdasarkan tipe kerusakan dan jenisnya kedalam beberapa bagian :
I. Berdasarkan Komponen Arsitektur.
II. Berdasarkan Komponen Struktur.
III. Berdasarkan Komponen Mekanikal dan Elektrikal.
IV. Berdasarkan komponen Prasarana dan Lingkungan.
V. Berdasarkan Komponen Keselamatan.
Inspeksi dilakukan berdasarkan lokasi yang terjadwal dan dalam waktu berkala secara tetap. Untuk memudahkannya dapat dibuat sebagai sebuah matrik hubungan didalam koordinat sumbu X & Y. Misalnya sumbu X=koordinat hasil pemantauan dan sumbu Y=adalah koordinat variabel lokasi inspeksi.
Berdasarkan Komponen Arsitektur.
1. Atap Berbahan Keramik/beton: Tipe kerusakan: Retak, pecah, lumutan, rembesan, berkarat, dan bocor.
2. Atap Berbahan Sirap: Bahan kayu, Tipe kerusakan: Belah, lumutan, busuk dan bocor.
3. Atap Lembaran: Bahan seng, alumunium, serat, logam ringan, Tipe kerusakan: Pecah, retak, karat, lapuk, patah.
4. Atap Polymer: Bahan polymer, Tipe kerusakan: Sobek, pecah, lapuk.
5. Bubungan Atap: Bahan Seng, asbes, lembar polycarbonat, genteng + Adukan, Tipe kerusakan: Pecah, patah, lapuk, sobek.
6. Talang dan Jurai: Bahan lembaran seng, lembar polymer, Tipe Kerusakan: Kerusakan yang terjadi adalah lapuk, berkaratnya bahan talang dan bocor, tersumbat, melimpahnya air hujan atau talang sobek.
7. Pipa Talang dan talang penampung: Bahan Seng lembaran, polycarbonat, PVC, Tipe kerusakan: lapuk, berkaratnya, bahan talang dan bocor, tersumbat, melimpahnya air hujan, sobeknya talang.
8. Penutup Lantai: Bahan keramik, Marmer, Granit, kayu papan/ polywood, floor hardener, Tipe kerusakan: Melendut, retak, lepas, terkelupas tidak merata, bocor.
9. Penutup Dinding: Bahan plesteran, keramik, marmer, granit, wall paper, kayu panel, aluminium panel, Tipe kerusakan: Retakan, terepas dan nosa kotor.
10. Penutup Plafond: Bahan organik, lembaran asbes, plywood, gypsum, alumunium, tripek, fiber board, Tipe kerusakan: Terlepas, melendut, bergelombang, busuk, hancur, berubah warna, luntur.
11. Pekerjaan Kusen: Bahan kayu, alumunium, baja, PVC,beton, Tipe kerusakan:busuk, lepas, karat.
12. Daun pintu dan jendela: Bahan kayu, alumunium, seng, baja, polymer, Tipe kerusakan: Penyusutan, Busuk, karat, lepas/macet engsel&kunci.
13. Pengecatan: Cat emulsi, arcrilic, minyak, Tipe keruskan: Retak rambut, mengelupas, berbelang-belang.
Berdasarkan Komponen Struktur.
1. Pondasi: Bahan beton, baja, paasngan batu, Tipe kerusakan: Penurunan, korosi.
2. Penurunan lantai: Penurunan yang merata, tidak merata, penggerusan local.
3. Tiang dan balok: keretakan akibat buckling ataupun lendutan diambang batas.
4. Rangka atap baja: Bahan Kayu, baja, Penurunan akibat beban berlebih dan lendutan pada gording dan kaso2.
5. Rangka langit2: Bahan Kayu, baja, Penurunan, Serangan serangga,patah, rangka lepas dari dinding.
6. Struktur Basement: Tipe kerusakan kebocoran, deformasi, uplift
Berdasarkan Komponen Mechanical & Electrical.
1. Instalasi Air minum dan kotor
2. Instalasi listrik
3. Instalasi penangkal petir.
4. Instalasi vertikal.
5. Instalasi Generator Set.
Berdasarkan komponen Prasarana dan Lingkungan
1. Penghijauan lahan longsor
2. Perbaikan longsoran.
3. Perbaikan elevasi bangunan setelah banjir.
4. Kondisi Jalan lingkungan dan Saluran.
Berdasarkan Komponen Keselamatan.
1. Komponen Kebakaran
2. Peralatan bantu keslamatan dalam sekolah
3. Komponen Banjir
4. Komponen Gempa bumi

3-K (Kenyamanan, Keamanan, Keindahan)

3-K : Kenyamanan, Keamanan, Keindahan Sekolah
I. Pendahuluan
Pengertian pendidikan/pembelajaran adalah proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, pikiran dan karakter (Webster`s New World Dictionary, 1962). Pengertian sekolah pada umumnya adalah tempat dimana terjadinya proses pembelajaran yang dilakukan secara formal dan terprogram dalam kerangka perencanaan tujuan pencapaiannya bagi si pembelajar. Keberhasilan dari suatu proses pembelajaran banyak ditentukan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, menurut Hamzah Uno, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran, yaitu :
1. Faktor ketepatan pemilihan metode pembelajaran.
2. Faktor internal manusia, yaitu guru dan muridnya sendiri.
3. Faktor lingkungan/tempat proses terjadi.
4. Faktor ketepatan pemilihan media sebagai penghantar pesan pengajaran.
Dalam topik ini akan banyak dibicarakan mengenai faktor lingkungan sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Lingkungan Pembelajaran
Proses pembelajaran sangat membutuhkan lingkungan dalam kegiatannya, lingkungan itu sendiri dapat berada didalam ruangan ataupun ruang terbuka. Pada umumnya pembelajaran formal dilakukan didalam suatu ruangan yang dapat disebut sebagai kelas. Ruang dan fasilitas sarana lainnya sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran, untuk itu perhatian khusus perlu diberikan dengan serius.
Pengertian Lingkungan Pembelajaran dalam topik ini adalah ruangan dan fasilitas sarananya yaitu :
a. Ruang primer : Kelas tempat siswa berkegiatan.
b. Ruang pendukung : Laboratorium, perpustakaan.
c. Ruang pelengkap : Office, rapat, tamu, extrakurikurel.
d. Ruang service : Kantin, WC, gudang.
e. Sarana : Lapangan olahraga, tempat bermain, taman, parkir, security.
Kelengkapan sarana dan fasilitas sekolah secara nyata memberikan kontribusi kepada meningkatnya prestasi siswa, hal ini dapat diamati dari perkembangan berbagai sekolah favorit yang ada di Jakarta. Istilah sekolah favorit tumbuh untuk memberikan gambaran bahwa sekolah tersebut sangat diminati oleh calon siswa, karena dinilai memiliki prestasi yang baik serta sarana dan fasilitas yang lengkap.
Konsep Pengembangan Sekolah
Pertumbuhan dunia sekolah pada dasawarsa ini sangat pesat, dengan banyak ditawarkannya berbagai kurukulum pengembangan melalui berbagai sekolah berkualitas. Sejalan dengan hal tersebut berbagai upaya dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan pelayanan terbaik yang diberikan untuk mendapatkan respon yang baik dari para murid dan orang tua. Dalam suatu proses pengembangan sekolah yang diadopsi dari nilai batas lingkup marketing secara umum maka dapat digambarkan lingkup sebagai berikut:
Customer Need : Adalah suatu kebutuhan tertentu dari suatu pelanggan dalam hal ini calon siswa, dimana akan cenderung mencari situasi dan tempat yang dinilai baik dan tepat untuk memenuhi keinginannya yaitu melakukan proses pembelajaran.
Research & Development : Adalah suatu proses atau langkah2 pengumpulan informasi yang diambil suatu lembaga pendidikan untuk mendapatkan/mencari/menyimpulkan arah pengembangan sekolah tersebut untuk menjadi suatu lembaga yang lebih baik.
Method : Adalah bagaimana rencana cara pelaksanaan operasional yang akan dilakukan oleh pihak Sekolah.
Processing : Adalah bagaimana pihak Sekolah menjalankan proses pengajaran kesehariannya dalam mendidik siswa.
Customer Value : Adalah bagaimana hasil yang dicapat siswa dalam proses pembelajaran tersebut, hal ini bisa diukur bagagaimana kualitas siswa seusai paket pengajaran berakhir.
Dalam pemikiran lainnya untuk pengembangan sekolah/pembelajaran, suatu proses pembelajaran memiliki beberapa variabel sebagai penentu utama keberhasilannya, (Reigeluth dan Meriil, 1978) yaitu :
1. Variabel2 terhadap kondisi pembelajaran.
2. Variabel2 terhadap metode pembelajaran.
3. Variabel2 terhadap hasil analisis pembelajaran.
Pengertian lingkungan pembelajaran pada bahasan diatas merupakan salah satu variabel yang berkembang dari variabel2 kondisi pembelajaran. Lingkungan pembelajaran dianggap cukup berpengaruh dan diperhatikan dengan baik untuk mendukung suksesnya pembelajaran.
5 issue yang berkembang di Amerika mengenai pemeliharaan gedung pada umumnya.
1. Menjaga Keselamatan, merupakan faktor terbesar (35%). Faktor inilah yang paling banyak dituntut oleh masyarakat sebagai pengguna gedung itu sendiri.
2. Memperpanjang usia bangunan, faktor kedua terbesar (25%). Pemeliharaan gedung dan seluruh fasilitas yang ada didalamnya diharapkan dilakukan dengan baik sebagai optimalisasi penggunaan dan usia pakainya.
3. Kenyamanan Pengguna, faktor ketiga terbesar (20%). Dengan pemeliharaan gedung pemakai gedung dapat merasakan kenyamanan dan optimalisasi pemakaian fasilitas yang ada.
4. Differensiasi (12%), adalah mengoptimalisasi pemeliharaan gedung sebagai salah satu nilai jual suatu institusi.
5. Estetika/keindahan (8%), adalah pemeliharaan gedung sebagai suatu sarana membangun nilai estetika/keindahan lingkungan gedung sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pemakai.
Dari beberapa wacana diatas maka marilah kita mendefinisikan tersendiri mengenai konsep 3-K : Kenyamanan, Keamanan, Keindahan di Sekolah sebagai suatu sarana mensukseskan program pembelajaran siswa.
3-K : Kenyamanan, Keamanan, Keindahan di Sekolah
Kenyamanan :
Merupakan suatu penilaian dari perasaan yang timbul akibat rangsangan dari lingkungan yang memberikan keadaan yang stabil, cukup baik, puas, dan pengalaman repetitif untuk kelanjutannya. Untuk suatu lingkungan sekolah arti kenyamanan dapat berupa :
1. Kelengkapan dari penyediaan fasilitas sekolah adalah unsur utama, sehingga para pengguna memiliki sarana yang lengkap sebagai alat bantu yang cukup baik dalam mendukung pelaksanaan program pembelajaran.
2. Perawatan yang baik dari seluruh fasilitas yang ada, dengan demikian selalu dalam keadaan baik dan seluruh fungsi penggunaannya dapat bermanfaat hingga optimal dan pada akhirnya memberikan kepuasan serta bagi pengguna.
3. Product Knowledge serta bantuan dan pelayanan dari seluruh karyawan/guru bagi orangtua-murid untuk informasi serta ketidakjelasan lainnya dengan ramah, sopan dan kecepatan informasi yang diberikan.
4. Suasana lingkungan disekitar sekolah yang yang hijau, teduh dan asri memberikan kesejukan, keteduhan serta relaksasi dalam arti tersendiri bagi pengguna lingkungan sekolah. Disamping fungsi lain sebagai pelindung dari bising, debu yang berterbangan dan filter dari sinar matahari.
5. Kebersihan dari seluruh fasilitas haruslah terjaga dengan baik, karena hal ini akan memberikan peran menciptakan suatu budaya pembiasaan bagi siswa serta memberikan kesan penghargaan tersendiri bagi seluruh pengguna dengan perduli terhadap penciptaan lingkungan yang sehat.
Keamanan :
Merupakan suatu penilaian yang diberikan oleh para pengguna fasilitas sekolah kepada lingkungan sarana disekitar sekolah, dimana seluruh pengguna fasilitas menggunakan percaya akan keselamatannya. Dalam lingkungan sekolah hal tersebut dapat berarti:
1. Memberikan rasa aman bagi para pengguna melalui prosedur2 persiapan/menghadapi kecelakaan kerja, bencana alam ataupun gangguan luar.
2. Kesiapan personal dengan adanya kelengkapan fasilitas bantu dalam menghadapi kebakaran, atau gangguan lain.
3. Pemakaian instalasi listrik dan peralatannya, peralatan bantu lain seperti pompa, Air Conditioner, dan lainnya perlu diadakan perawatan dan pemeliharaan rutin agar berfungsi dengan baik.
Keindahan :
Merupakan suatu penilaian/kepuasan dari pemakai mengenai keseluruhan bangunan dan sarana lingkungan sekolah, hal ini terkait erat dengan estetika , dalam lingkungan sekolah misalnya :
1. Model dan thema bangunan yang baik dan sesuai dengan visi dan misi dari proses pengajaran merupakan suatu kesatuan yang harus searah.
2. Pemilihan warna bangunan harus diperhatikan kepada keseluruhan fasilitas yang ada.
3. Proporsi bangunan dan fasilitas peralatan yang ada harus diperhatikan, hal ini untuk ditujukan untuk keselarasan bentuk dan ukuran.
4. Kualitas hasil kerja dari pembangunan/pengembangan fisik fasilitas harus diperhatikan.
5. Kebersihan keseluruhan lingkungan sekolah.
3-K di sekolah pada saat ini merupakan suatu wacana dan paradigma yang sudah seharusnya terbentuk, dengan mengikuti pertumbuhan masa sekarang yang menuntut kebutuhan yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran di sekolah khususnya.